Sebaiknya Jangan Terlalu Gegabah
Ada pepatah “Jangan menilai buku dari covernya”. Aku tidak pernah merasa lebih relate dengan pepatah ini saat menonton Oshi No Ko. Tapi kuubah sedikit sedikit pepatahnya jadi “Jangan pernah menilai anime dari poster, artstyle, apalagi embel-embel genre idol nya”.
Pertama kali aku tahu cerita ini dari review salah satu Youtuber anime terkenal, Gigguk. Judul videonya sangat menyindir, “She doesn’t love you”. Dalam hati ku berkata, “Haha, oke. Ini tipe-tipe cerita di mana si tokoh utamanya suka sama seorang perempuan tapi perempuannya gak suka balik kan? Yah tipikal anime-anime romance lah. Paling nanti seiring berjalannya waktu akhirnya perempuannya bisa membuka hatinya ke si laki. Apalagi artstyle nya kinclong, glimmering, mesmerizing, unik banget, paling juga menggambarkan isi dari ceritanya.” Di beberapa detik pertama video itu berjalan, aku langsung pause dan gak akan melanjutkan video itu sampai aku selesai membaca cerita yang dimaksud di sana karena aku gamau kena spoiler.
Tapi ada satu hal yang membuatku gusar. Author dari Oshi No Ko adalah Aka Akasaka, author nya sama dari serial Kaguya Sama: Love Is War. Dan menurutku pribdai, Kaguya Sama: Love Is War adalah karya fiksi romance terbaik yang pernah aku konsumsi. Kembali dalam hatiku berkata “Oh ini berarti Akasaka sensei mau buat cerita romance lagi yah? Kaguya Sama konsepnya out of the box si, ah pasti Oshi No Ko juga tentang romance, paling dengan sedikit bumbu-bumbu drama.”
Dengan PD, gagah, dan gegabah, diriku pun meminjam manga nya dari temanku. Kebetulan pada saat itu temanku sudah mengoleksi volume 1 dari manga ini. Dan aku pikir sampai dompetku terisi lagi, aku akan menikmati cerita romance ini dari manga pinjeman. Halaman pertama kubuka, dan aku masih ingat kalimat pertama yang dituliskan di sana
Pernahkah kau membayangkan bagaimana seandainya kau dilahirkan sebagai anak seorang selebritas?
Jujur tidak. Dalam hatiku berkata “Oke…Apakah ini tentang idol? Argh aku gasuka idol. Tapi ada unsur keluarganya kan ya? Mungkin kayak Rafathar, anak selebritas yang hidupnya serba mewah, pasti enak. Tapi tetep aja, genre idol hadeh.”
Genre idol adalah genre yang paling kuhindari. Kenapa? Karena aku merasa cerita-cerita bergenre idol biasa-biasa aja, gak ada moral value nya, gak akan membuatku emosional.
Fast forward 30 menit setelah itu, dan diriku mengakhiri volume 1 dengan keadaan kena mental.
AKU SALAH BESAR!
Oshi No Ko adalah cerita tentang pembunuhan, tentang balas dendam, tentang hamil di luar nikah, tentang bunuh diri, tentang perundungan di media sosial, dan yang terpenting, tentang gelapnya dunia industri hiburan. Sekarang ku mengerti apa maksud Yokoyari sensei bikin artstyle kek gitu. Sebagai simbol, bahwa dari semua hal membahagiakan yang terlihat di dunia hiburan, selalu ada hal gelap yang disembunyikan.
Dan menurutku ini ternyata cocok dengan gaya kepenulisan Akasaka sensei yang emang suka banget nyinggung unsur psikologi. Lihat aja di Kaguya Sama berapa kali Sigmund Freud atau Barnum Effect disinggung. Tapi bedanya, di sini psikologinya Akasaka sensei dipake biar pembacanya kena mental.
Aku suka banget dengan cerita Oshi No Ko ini. Ada beberapa tokoh dengan quote yang keren banget. Misal salah satu quote favoritku datang dari Ai Hoshino, salah satu tokoh utama di Oshi No Ko:
Idol itu bagai berhala, makhluk yang bersinar dengan sihir bernama kebohongan. Dan kebohongan itu wujud cinta yang luar biasa
Senyum para artis, para idola, dan para musisi yang tampil di depan panggung, di sinetron favoritmu, di acara hiburan favoritmu, mungkin saja adalah senyuman palsu. Senyum penuh kebohongan. Karena mereka harus selalu tampil bahagia di depan para penggemarnya, sebagai bentuk cinta luar biasanya pada para penggemarnya. Mereka harus selalu tampil untuk untuk memenuhi ekspektasi dari penontonnya, karena mereka hidup untuk menyenangkan semua orang. Dan ketika orang-orang merasa tidak puas dengan penampilan, performa, dan hiburan yang mereka berikan, orang akan mulai menghujat, membully, menjudge, sehingga mendorong mereka untuk semakin berbohong pada diri mereka ataupun penggemar mereka.
Lingkaran setan ini lah yang berusaha diungkap dalam Oshi No Ko. Menurutku ini merupakan konsep yang out of the box karena Oshi No Ko, terlepas dari semua moral value yang ada, juga muncul sebagai produk industri hiburan. Membongkar gelapnya industri hiburan sama saja seperti membuka apa masalah dan hal-hal buruk lainnya yang sangat mungkin terjadi dalam proses produksi Oshi No Ko. Ini yang paling aku apresiasi dari salah satu author favoritku, Akasaka sensei.
Oshi No Ko sekarang sedang tayang dan rilis setiap hari Rabu. Studionya Doga Kobo. Jujur alasan lainku koleksi manganya karena aku ada trust issue dengan studio ini, mengingat studio ini belum punya satupun anime dengan rating 8 ke atas di MAL. Plastic Memories mungkin adalah karya terbaiknya selama ini, tapi sisanya menurutku biasa-biasa saja, gak ada yang wah.
Terlepas dari itu semua, aku berharap supaya studio ini bisa eksekusi konten di manganya dengan baik. Dan satu nasihat dariku untuk siapa pun yang ingin membaca manga ataupun menonton anime yang sedang tayang ini, sebaiknya jangan terlalu gegabah. (CS)
Jangan lupa follow akun ini supaya kamu bisa mendapatkan notifikasi tentang tulisan-tulisan anime ku yang lain yawww. Follow juga media sosialku di Instagram.
Catatan penulis: Akhirnya setelah lebih dari setahun gak nulis di Medium, aku nulis lagi. Tulisan ini kubuat sebagai pelampiasan betapa hectic nya UTS ku kali ini. Ku berniat untuk mulai merutinkan lagi tulisanku. Karena nonton anime adalah hobiku maka ke depan aku akan lebih banyak menulis tentang anime dan segala tetek bengeknya. Itu aja sih dari aku, bye bye.